Boyolali – Pemerintah Kabupaten Boyolali terus berupaya membangun berbagai pasar tradisional di sejumlah kecamatan, termasuk Pasar Rakyat Nogosari yang terletak di Dukuh Ngumbul, Desa Glonggong, Kecamatan Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah. Sayangnya, pembangunan pasar yang direncanakan megah ini terhenti sejak sebelum pandemi COVID-19 pada 2019. Hingga saat ini, aktivitas pembangunan belum dilanjutkan, meski proyek tersebut telah menyedot dana APBD sebesar Rp15 miliar.
Pasar yang mangkrak ini menjadi topik panas di media sosial Mata Jateng, terutama menjelang Pilkada 2024. Netizen ramai memberikan komentar sensitif, mengkritik kondisi pembangunan yang tidak kunjung selesai. Akun @@busiracing3elektroda menulis, “Boyolali jika dipimpin orang jujur pasti warganya sudah maju dan jadi kota yang ramai… Jalan pasti mulus seluruh kecamatan, wisata bebas pungli, renovasi pasar menyeluruh.” Komentar ini diikuti oleh tanggapan dari @Aheng_64 Seta: “Tunggulah kalau Hukum langit sudah berbicara. Siapa menabur angin akan menuai badai.” Sementara itu, @kawulo_alit berkomentar, “Sekarang bukan partainya wong cilik. Partai wong cilik yang sebenar-benarnya sudah hadir di Boyolali. PDIP bukan partai wong cilik.”
Selain netizen, warga sekitar Pasar Rakyat Nogosari juga mempertanyakan alasan mangkraknya proyek ini. Mereka heran mengapa pembangunan yang sudah menghabiskan miliaran rupiah dari APBD berhenti di tengah jalan. Salah satu warga, Joko, mengungkapkan bahwa pasar tersebut dibangun di atas lahan seluas 4.000 meter persegi milik Desa Glonggong. Namun, diduga pembangunan terhenti karena adanya sengketa tanah yang belum terselesaikan.
Pasar yang direncanakan menjadi pusat ekonomi baru bagi warga Nogosari ini kini menjadi sorotan di tengah masa kampanye Pilkada, dan publik menanti penyelesaian dari masalah yang menghambat pembangunan.(TIM:Red)
