Tangguh: Perjalanan Hidup H. Tarso Menuju Puncak Kepemimpinan Wonogiri

By MATA JATENG
Selasa, 17 September 2024

Bab 1: Awal Kehidupan di Desa Geneng

Wonogiri – H. Tarso, yang lebih akrab dipanggil Pak So, lahir di tengah kesederhanaan Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri, pada 8 Agustus 1970. Masa kecilnya dilewati di Dukuh Geneng RT 001 RW 003, di mana nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong begitu kental. Dari ayahnya yang petani, Tarso belajar makna kerja keras dan ketulusan dalam menjalani hidup.

Sejak kecil, Tarso menunjukkan semangat belajar yang tinggi meski fasilitas pendidikan di desa saat itu sangat terbatas. Ia menempuh pendidikan di SD Genengrejo I pada 1979-1985, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri Bulukerto pada 1985-1988. Namun, karena tuntutan hidup yang keras, ia harus menghentikan pendidikannya untuk membantu keluarganya.

Bab 2: Perjalanan Pendidikan yang Terputus dan Dimulai Kembali

Meski sempat terhenti, semangat Tarso untuk menimba ilmu tak pernah padam. Pada tahun 2003, di tengah kesibukan menjalankan usahanya, ia melanjutkan pendidikannya melalui Paket C di Dewantara Slogohimo, hingga akhirnya menyelesaikan jenjang pendidikan S1 di Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada 2013. “Tak pernah ada kata terlambat untuk belajar,” begitu prinsip yang dipegangnya.

Bab 3: Meniti Karier dan Membangun Maju Rahayu

Pada tahun 1996, Tarso memulai usahanya dengan mendirikan perusahaan Maju Rahayu, yang kelak berkembang menjadi salah satu usaha yang berhasil di Wonogiri. Sebagai Owner dan CEO, ia berhasil menggerakkan roda perekonomian di desanya, membuka lapangan kerja, dan menjadi inspirasi bagi para pemuda desa untuk berani berwirausaha.

Kesuksesan di dunia bisnis tak membuatnya lupa akan panggilan untuk membangun daerahnya. Pada 2022, ia diangkat menjadi Komisaris PT Elok Mitra Sentosa, sekaligus menunjukkan komitmennya dalam pengembangan usaha dan perekonomian daerah.

Baca Juga :  Berita Istana Siap Gugat Dugaan Pelanggaran Perizinan dan Limbah oleh Mister Buncong di Pasuruan

Bab 4: Karier Politik yang Cemerlang

Pada tahun 2007, Tarso mengambil langkah penting dalam karier politiknya dengan menjadi Kepala Desa Geneng. Keberhasilannya memimpin desa membuatnya terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Wonogiri pada 2009, dan terus berlanjut hingga beberapa periode berikutnya. Ia tak hanya menjadi anggota DPRD, tapi juga dipercaya menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi I sejak 2014 hingga 2024.

Komitmen politiknya dalam membela hak-hak rakyat membuatnya semakin dikenal luas. Ia aktif dalam kepengurusan PDI Perjuangan di tingkat kecamatan, hingga akhirnya dipercaya menjadi Wakil Ketua Bidang Ekonomi DPC PDI Perjuangan Kabupaten Wonogiri.

Bab 5: Sosok yang Peduli pada Agama dan Masyarakat

Tak hanya di dunia politik dan bisnis, Tarso juga dikenal aktif dalam kegiatan keagamaan dan sosial. Pada tahun 2008, ia menjadi penasehat Forum Takmir Masjid Desa Geneng, dan pada 2019, ia juga menjadi penasehat PSHT Ranting Kecamatan Bulukerto. Kiprahnya dalam bidang ini menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang peduli pada kehidupan masyarakat di berbagai lapisan.

Bab 6: Maju sebagai Calon Bupati Wonogiri

Pada tahun 2024, Tarso bersama pasangannya, Kristian Teguh Suryono, yang dikenal dengan sebutan “Tangguh”, resmi mendaftar sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Wonogiri. Dengan dukungan penuh dari keluarga, masyarakat, dan partai politik, Tarso-Teguh optimis untuk membawa perubahan positif bagi Wonogiri.

Dalam setiap kesempatan, Tarso selalu menegaskan bahwa keinginannya maju sebagai calon Bupati bukan semata-mata untuk jabatan, tetapi sebagai panggilan hati untuk membangun Wonogiri lebih maju dan sejahtera.

Bab 7: Dukungan Keluarga dan Masyarakat

Di balik kesuksesan Tarso, ada dukungan besar dari keluarganya. Istrinya, Hj. Sarinah, selalu menjadi pendamping setia yang memberikan dorongan moral dalam setiap langkah hidupnya. Keempat anaknya: Tatik Ambarwati, Sri Rahayu Rendra Amiliya, Nadja Tri Wibowo, dan Regi Elok Maharani, juga menjadi inspirasi bagi Tarso untuk terus berkarya dan memberikan yang terbaik bagi masyarakat Wonogiri.

Baca Juga :  Kunjungan Komisaris Berita Istana Negara: Ucap Salut, Tokoh RT 06 Desa Barong Bangun Gapura Modal Rp 100 Ribu

Dukungan masyarakat yang terus mengalir, baik dari kalangan pemuda, petani, hingga tokoh masyarakat, menjadi kekuatan besar bagi Tarso dalam perjalanan politiknya. Ia bertekad untuk menjawab harapan dan kepercayaan mereka dengan kerja nyata.

Epilog: Tangguh, Nama yang Membawa Harapan

Tarso dan Teguh, dengan nama “Tangguh”, bukan hanya sekadar pasangan calon dalam Pilkada 2024. Mereka adalah simbol harapan baru bagi Wonogiri. Perjalanan hidup H. Tarso yang penuh liku, kerja keras, dan pengabdian telah membuktikan bahwa ia adalah sosok pemimpin yang layak untuk dipercaya.

Dengan semangat “Tangguh”, Tarso siap membawa Wonogiri menuju masa depan yang lebih baik, lebih maju, dan lebih sejahtera.

 

*Makna “Calon Bupati Baju Putih” dan Kata “Tangguh”*

Dalam konteks budaya dan politik Indonesia, makna dari simbol-simbol dan kata-kata sering kali membawa arti mendalam, yang melampaui makna literalnya. Judul seperti “Calon Bupati Baju Putih” dan kata “Tangguh” dapat memiliki resonansi yang kuat dalam situasi tertentu, seperti pemilihan kepala daerah.

1. Baju Putih sebagai Simbol Keterbukaan dan Kesucian

Baju putih sering kali diasosiasikan dengan keterbukaan, ketulusan, dan integritas. Dalam konteks seorang calon bupati, mengenakan baju putih bisa menjadi simbol pesan bahwa kandidat tersebut ingin menampilkan dirinya sebagai sosok yang bersih, jujur, dan siap melayani masyarakat tanpa kepentingan pribadi. Putih sebagai warna juga sering melambangkan awal yang baru, keterbukaan terhadap berbagai gagasan, serta kesucian niat untuk membawa perubahan yang lebih baik. Dalam politik, simbol ini dapat menjadi cara untuk membangun kepercayaan dengan pemilih.

2. Kata “Tangguh” Sebagai Representasi Keteguhan

Kata tangguh membawa arti sebagai seseorang atau sesuatu yang kuat, gigih, dan mampu bertahan menghadapi berbagai tantangan. Dalam konteks kepemimpinan, kata ini menggambarkan seorang calon yang tegar, tidak mudah goyah, dan memiliki kemampuan untuk menghadapi tekanan, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun politik. Tangguh juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memimpin dengan tegas namun tetap bijaksana, menavigasi berbagai hambatan dengan strategi yang matang, serta selalu siap membela kepentingan rakyatnya.

Baca Juga :  Cek Fakta: Isu Liar di Media Sosial tentang Tuduhan Pacar Cagub Jawa Tengah Ahmad Luthfi dan Selebgram Vanessa Nabila

3. Kombinasi Simbol Baju Putih dan Kata Tangguh

Ketika kedua elemen ini digabungkan dalam satu judul, seperti “Calon Bupati Baju Putih dan Kata Tangguh”, maka muncul suatu gambaran seorang pemimpin ideal yang tidak hanya bersih dan jujur, tetapi juga kuat dan tidak mudah menyerah. Sosok ini menawarkan harapan bagi masyarakat untuk menghadirkan perubahan positif, berlandaskan integritas dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi daerahnya.

Dalam dunia politik yang sering kali penuh tantangan dan dinamika, sosok calon bupati yang digambarkan dengan baju putih dan karakter tangguh memberikan harapan bagi masyarakat akan pemimpin yang bisa dipercaya dan mampu membawa perubahan nyata.

_Penulis Redaksi Istana Negara_

Berita Terkait

Berita Utama
Satreskrim Polres Sintang Sidak Minyak Goreng Subsidi MINYAKITA di Sintang
Kamis, 13 Maret 2025
Warga Jawa Tengah Keluhkan Sikap Angkuh Kapolda Jateng Ribut Hari Wibowo dan Banyak Kasus Mandul!!
Rabu, 12 Maret 2025
Debt Collector Brutal! Mengaku dari Polda Jateng Salah Sasaran, Rampas Mobil & Lakukan Kekerasan—Korban Lapor Polisi
Minggu, 9 Maret 2025
Panduan Sistem Pajak Baru (1)
Terbaru
Berita Populer